21:45:08 Apa SBY Mau Korbankan 250 Juta Rakyat? |
INILAH.COM, Jakarta - Hari ini, Rabu (2/12), adalah hari ke-43 pemerintahan Presiden SBY jilid kedua. Kalau dihitung kasar, kira-kira tak lebih dari 7 hari, Presiden bicara serius soal nasib rakyat. 46 hari lainnya: urusan Bibit-Chandra dan Century. Seorang aktivis politik muda, yang kini serius di bisnis dan pelan-pelan mundur dari politik, menelepon. Sudah beberapa bulan, setelah Pemilihan Presiden, dia lebih banyak bersentuhan langsung dengan rakyat daripada dengan politisi. ''Coba Anda tunjukkan pada saya, apa yang dilakukan Presiden SBY di 40 hari pertama dia memerintah? Coba Anda hitung, berapa pernyataannya yang ditujukan langsung untuk kepentingan rakyat Indonesia? Anda tahu, jumlah rakyat Indonesia itu 250 juta. Dan, SBY itu dipilih oleh 60,82 persen pemilih. Yang terjadi sekarang, pernyataan SBY lebih banyak soal Bibit-Chandra dan Century. Lalu, bagaimana nasib 250 juta rakyat Indonesia?'' Begitulah kira-kira aktivis muda itu menyampaikan pendapatnya. Bertubi-tubi dan mengejutkan. Tapi, realistis juga. Ya, lihat saja. Tiba-tiba saja energi besar republik ini tersedot untuk memperhatikan dua persoalan, yang (jujur saja) banyak yang kurang memahaminya dalam sebuah konstruksi persoalan yang ditail, obyektif dan proporsional. Kasus Bibit-Chandra, akhirnya berakhir tanpa akhir. Penyelesaian Presiden SBY untuk menyelesaikan kasus ini di luar pengadilan, tidak serta merta membuat kasus ini selesai. Yang terjadi, muncul lagi gugatan tentang rasa keadilan. Tidak ada win-win solution. Munculnya perlawanan terhadap keputusan Kejaksaan Agung, menunjukkan bahwa kasus ini telah diselesaikan dengan cara Win To Loose Solution. Konsekuensinya, akan ada konflik baru lagi untuk mencari Who's The Winner? Yang kedua adalah kasus skandal Bank Century. Presiden SBY telah mengambil sikap yang jelas: bahwa tidak ada sedikit pun aliran dana masuk ke Tim Sukses pasangan Capres-cawapres SBY-Boediono, atau ke Partai Demokrat, atau ke lingkaran Istana. Masalah baru. Presiden SBY kembali mengesankan memakai cara Win To Loose Solution. Seolah-olah, Presiden SBY adalah milik Tim Sukses. Atau, milik Partai Demokrat. Atau juga, milik lingkaran dalam Istana. Lalu, bagaimana dengan nasib 250 juta rakyat Indonesia? Bagaimana dengan mandat yang telah diberikan oleh 60,82 persen konstituen Pilpres pada pasangan SBY-Boediono untuk memerintah republik ini? Mungkin, Presiden SBY mesti diingatkan lagi. Bahwa, dia terpilih sebagai Presiden dengan kemenangan mutlak. Barack Obama saja, terpilih sebagai Presiden Amerika, jumlah pemilihnya tidak sampai 60 persen. Masih jauh di bawah SBY. Pertanyaan substansinya sederhana saja: 1) Kenapa SBY tidak memposisikan dirinya sebagai Presiden dengan kemenangan mutlak, yang tentu saja harus menjalankan mandat konstituen. Yaitu, mengedepankan kepentingan 250 juta rakyat Indonesia di atas kepentingan pribadi, golongan, apalagi Bibit-Chandra. 2) Dengan 60,82 persen dukungan, SBY memiliki mandat untuk menegakkan dan menjaga konstitusi. Dimana, salah satu substansi dari konstitusi dasar negeri ini adalah keadilan sosial. Bukan keadilan survei, apalagi keadilan opini media massa! 3) SBY sebagai Presiden adalah milik bangsa. Bukan milik Istana, apalagi milik Tim Sukses atau partai politik pemenang Pemilu. Jadi, kalau ada berbagai syak wasangka terhadap mereka, kenapa tidak didorong saja untuk segera diselesaikan secara terbuka? Bukankah ini waktu yang tepat bagi Presiden SBY untuk membersihkan anasir-anasir oportunis di lingkungan sekitarnya? "Ada 250 juta nasib rakyat Indonesia yang sedang dipertaruhkan. Kalau energi besar bangsa ini terus disedot dengan konflik-konflik kepentingan kelompok, maka kita sudah mengalami kerugian yang sangat besar. Ingat, Pemilu 2009 menghabiskan anggaran hampir Rp 18 triliun. Itu harga yang mahal untuk menggalang kedaulatan rakyat untuk membangun pemerintahan yang sekarang. Kalau yang terjadi justru konflik-konflik kepentingan dan manipulasi demokrasi, rakyat akan mundur 10 tahun lagi. Terlalu banyak yang harus dikorbankan,'' kata aktivis muda itu. Bertubi-tubi dan mengejutkan. Kita telah mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk menonton konflik politik ini. Lanjutkan?(dengan mengganti tanda seru menjadi tanda tanya).(ims) |
|
Total comments: 0 | |